Oleh Abdussakir
Bulan Ramadhan merupakan bulan suci bagi umat Islam. Bulan Ramadhan merupakan penghulu bulan-bulan (sayyidu as-syuhur) dalam kalender Qamariah (Hijriyah).
Pada bulan Ramadhan, al-Qur’an pertama kali diturunkan dan pada bulan
ini juga umat Islam di seluruh dunia melaksanakan ibadah puasa. Ibadah
puasa merupakan rukun Islam yang keempat, dan wajib dilakukan oleh orang
mukmin sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat
183: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa”. Pada tulisan ini tidak akan dibicarakan mengenai definisi dan
tata cara berpuasa, tetapi menjelaskan puasa berkaitan dengan
matematika.
Kata “puasa” merupakan terjemahan dari kata “shaum“. Shaum merupakan bentuk tunggal (mufrad/single),
yang bentuk jamaknya adalah Shiam. Jika mengkaji kitab suci al-Qur’an
mengenai puasa ini, maka akan ditemui bahwa kata “shaum” disebutkan
sebanyak 1 kali (yaitu pada QS 19:26), sedangkan kata “shiam” disebutkan
sebanyak 9 kali, (yaitu pada QS 2:183, 187 (2 kali), 196 (2 kali); QS
4:92; QS 5:89, 95; dan QS 58:4). Jika lebih dalam mengkaji makna
“shaum”, akan ditemui bahwa “shaum” merupakan puasa khusus, yang dalam
QS 19:26 merupakan puasa berbicara. Untuk ibadah puasa di bulan
Ramadhan, al-Qur’an menggunakan kata “shiam” yang disebutkan sebanyak 9
kali. Mengapa 9 kali? Jawaban paling mudah untuk pertanyaan ini adalah
karena bulan Ramadhan merupakan bulan ke-9 dalam kalender Qamariah
(Hijriyah). Jadi, jumlah penyebutan kata “shiam” mengarah pada bulan
diwajibkannya ibadah shiam tersebut. Apakah ini kebetulan? Ini bukanlah
kebetulan, karena al-Qur’an bukanlah kitab kebetulan. Semua isi
al-Qur’an adalah haqq dan mempunyai tujuan tertentu.
Pada sistem bilangan desimal, sebenarnya hanya terdapat sepuluh macam
lambang bilangan, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Bilangan-bilangan
tersebut akan membentuk siklus, yaitu setelah 9 akan kembali lagi ke 0.
Jika hal ini dibuat analogi (untuk mengambil hikmah) berkaitkan dengan
bulan Ramadhan yang merupakan bulan ke-9, akan didapatkan dua kesan.
Kesan pertama, 9 merupakan bilangan terbesar yang sesuai dengan posisi
bulan Ramadhan sebagai penghulu bulan-bulan (sayyidu as-syuhur).
Kesan kedua, setelah 9 maka siklus akan kembali pada 0. Hal ini sangat
sesuai dengan pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan. Ibadah puasa Ramadhan
diharapkan dapat mengembalikan umat Islam pada posisi nol, yaitu posisi
fitrah. Setelah umat Islam sudah carut marut dengan berbagai salah dan
dosa, maka puasa Ramadhan merupakan momen untuk mengembalikan dirinya
kepada kesucian (‘aid al-fitrih), kembali pada posisi 0.
Kata “shiam” yang khusus membahas puasa Ramadhan, hanya dijelaskan
pada surat QS 2 ayat 183 dan 187. Semuanya menggunakan kata “al-Shiam”
yang berbeda dengan di ayat-ayat yang lain yang menggunakan kata
“Shiam”, “Fashiam” atau “Shiama”. Jika digit-digit pada ketiga bilangan
tersebut dijumlahkan akan diperoleh 2 + 1 + 8 + 3 + 1 + 8 + 7 = 30. Apa
yang terbayang dengan bilangan 30? Bilangan 30 ini seakan mengingatkan
pada banyak hari, yaitu 30 hari atau 1 bulan. Meskipun satu bulan tidak
selalu 30 hari, tetapi secara umum satu bulan dianggap 30 hari. Kesan
yang diperoleh berkaitan bilangan 30 tersebut adalah seakan sudah
ditegaskan bahwa puasa Ramadhan adalah satu bulan penuh. Tidak
dibenarkan puasa hari pertama saja dan hari terakhir saja (puasa bedug),
dan tidak dibenarkan juga puasa selang-seling, sehari puasa sehari
berikutnya tidak (puasa bolong). Puasa Ramadhan adalah puasa satu bulan
penuh atau utuh.
Berkaitan dengan puasa Ramadhan, nabi Muhammad saw pernah bersabda bahwa “barang
siapa berpuasa Ramadhan lalu dilanjutkan dengan puasa enam hari di
bulan Syawal, maka seolah-olah sudah berpuasa setahun penuh”.
Bagaimana dapat terjadi, 1 bulan ditambah 6 hari sama dengan 1 tahun?
Hadits ini dapat dijelaskan secara matematik. Dalam al-Qur’an surat
al-An’aam ayat 160 telah disebutkan bahwa “barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya”.
Berdasarkan ayat ini maka diperoleh bahwa 1 bulan akan sama dengan 10
bulan (dikalikan 10) dan 6 hari akan sama dengan 60 hari atau 2 bulan
(juga dikalikan 10). Hasil akhir akan diperoleh, 10 bulan ditambah 2
bulan akan sama dengan 12 bulan atau 1 tahun. Penjelasakan matematik ini
memang terlalu sederhana, karena menggunakan standar minimal (10 kali)
dan menyamakan puasa Ramadhan dengan puasa Syawal.
Pahala puasa Ramadhan
hanya Allah swt yang tahu. Allah swt berfirman dalam hadits qudsi bahwa
“puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang membalasnya”. Selain itu, nabi Muhammad saw bersabda bahwa “Allah menetapkan pahala antara 10 sampai 700 kali, tetapi tidak untuk pahala puasa Ramadhan”.
Mengakhiri tulisan ini, penulis berharap semoga kita semua dapat
mengisi bulan Ramadhan ini dengan ibadah yang ikhlas, karena Allah swt
semata. Semoga kita dapat melaksanakan puasa Ramadhan ini dengan baik
dan penuh, yang dapat mengantarkan kita pada posisi nol atau posisi
fitrah. Harapan terkahir, semoga kita mampu melaksanakan puasa Ramadhan
dan mampu melanjutkannya dengan enam hari puasa di bulan Syawal.
(Sumber: http://abdussakir.wordpress.com/2009/08/01/matematika-puasa-ramadhan/)
Rabu, 31 Juli 2013
MATEMATIKA PUASA RAMADHAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar