Selama ini, ide tentang integrasi
sains dan agama masih cenderung sebagai wacana. Belum nampak adanya bukti
konkret yang dapat menunjukkan bahwa sains dan agama adalah terintegrasi atau
dapat diintegrasikan. Penulis rupanya ingin memberikan suatu bukti bahwa sains
dan agama sebenarnya terintegrasi. Hadirnya buku membuktikan bahwa tidak ada
dikotomi antara sains dan agama, khususnya matematika dan Al-Qur’an. Buku yang
berjudul “Matematika dalam Al-Qur’an” ini seakan mengumumkan dan menyadarkan
kita semua bahwa Al-Qur’an sebenarnya berbicara tentang matematika.
Pada bagian pertama buku ini, penulis telah mencoba menjelaskan dan memaparkan adanya struktur matematika yang sangat rinci dan telili yang sebenarnya sukar dilakukan atau bahkan ditiru oleh manusia, yaitu mengenai keteraturan jumlah penyebutan kalimat, kata, bahkan huruf di dalam Al-Qur’an yang mengarah pada kelipatan bilangan 19. Paparan bagian pertama ini mencoba menarik perhatian kita semua, untuk menyadari bahwa memang ada matematika dalam Al-Qur’an. Ada hitungan yang sangat matematis dalam Al-Qur’an. Selain memaparkan fakta-fakta keteraturan pola bilangan 19, penulis mencoba melengkapi dengan menjawab pertanyaan “Mengapa 19?” secara matematika pula.
Pada bagian kedua buku ini, penulis mencoba menjelaskan bahwa dari Al-Qur’an dapat dikembangkan beberapa konsep dasar matematika. Uraian pada bagian dua ini mengajak kita berpikir bahwa sebenarnya matematika dapat dikembangkan dari Al-Qur’an. Suatu konsep dalam matematika yang telah diabaikan oleh orang matematika sendiri dan baru dirasakan pentingnya pada tahun 1980-an ternyata sudah dibicarakan oleh Al-Qur’an sejak 1400 tahun yang lalu. Konsep estimasi yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an ternyata baru sekarang ini menjadi materi matematika sekolah-sekolah di Indonesia yang mayoritas Muslim. Suatu keterlambatan yang sangat jauh dalam memahami adanya matematika dalam Al-Qur’an.
Pada bagian ketiga buku ini, penulis lebih dalam lagi mengkaji integrasi matematika dan Al-Qur’an. Jika pada bagian kedua penulis mencoba menunjukkan bagaimana matematika dapat dikembangkan dari Al-Qur’an, pada bagian ketiga penulis berusaha menunjukkan bahwa pemahaman dan pengamalan Al-Qur’an secara baik dan benar justru membutuhkan matematika. Ada hal-hal tertentu dalam Al-Qur’an yang hanya dapat dipahami dengan baik melalui matematika, khususnya masalah faraidh, lamanya Nabi Nuh tinggal dengan kaumnya, serta lamanya Ashhabul Kahfi tertidur di dalam gua. Pembahasan ini memberikan koreksi pada pada pemahaman kita selama ini..
Identitas Buku:
Judul Buku: Matematika dalam Al-Qur'an
Penulis : Abdussakir, M.Pd
Editor : Abdul Halim Fathani
Penerbit : UIN-Maliki Press
Cetakan 2 : 2014
ISBN : 978-602-1190-16-6
DAFTAR ISI
Dari Penerbit
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAGIAN PERTAMA
Melihat Struktur Matematika
Bilangan 19 dalam Al-Qur’an
Bilangan 19 dalam Basmalah
Bilangan 19 dalam Surat
Berinisial
Bilangan 19 dalam Penyebutan Bilangan
Bilangan 19 dalam Sholat dan
Dzikir
Mengapa 19? Tinjauan Berdasar Nilai Numerik Huruf Hijaiyyah
Mengapa 19? Tinjauan Berdasar Matematika
BAGIAN KEDUA
Mengembangkan Konsep Dasar Matematika dari Al-Qur’an
Himpunan
dan Operasi Himpunan
Bilangan dan Operasi Bilangan
Himpunan Bilangan dan Sistem Bilangan
Perbandingan, Fungsi, dan Persamaan Garis
Estimasi
Statistika dalam Al-Qur’an
BAGIAN KETIGA
Memahami Al-Qur’an dengan
Matematika
Memahami Masalah Faraidh melalui
Matematika
Memahami Operasi Bilangan dengan Satuan Berbeda dalam Al-Qur’an
Daftar Rujukan
mau beli buku ini, bagaimana caranya ?
BalasHapus